إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar-ra'd:11)

Senin, 27 November 2023

MENGENAL NAFSU-NAFSU

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna di antaramakhluk-makhluk lainnya. Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam surah attin ayat 4 yang artinya “Sungguh aku ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Kesempurnaan bentuk ini diciptakan untuk mendukung manusia sebagai khalifah wakil Allah di muka bumi. Manusia diciptakan dari tanah. Setelah ruh ditiupkan ke dalam jasadnya makhluk-makhluk laiinya pun bersujud. Hal ini sebaagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat al-hijr 29-30 Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tu
nduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. Ayat yang senada dengan ini pun banyak, di antaranya dalam surah shad ayat 71-73. Ayat-ayat di ayat menyatakan bahwa. Di balik jasad kita ini sebenarnya ada ruh. Ruh itu membawa nafsu yang menjadikan manusia bisa lebih mulya dari malaikat ataukah lebih rendah daripada hewan.

Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisaikan nafsu sebagai keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat, dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik; hawa nafsu, selera; gairah atau keinginan (makan panas hati; marah; meradang. Ayat alqur’an menyebutkan berbagai kebutuhan manusia yang mencerminkan manusia sebagai makhluk dinamis di antaranya surah ali Imran: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran [3]: 14)

Nafsu inilah yang menjadikan manusia menjadi makhluk dinamis. Dalam hidup manusia  ada fase-fase umur yang bisa digolongkan menjadi anak-anak, remaja, dewasa dan tua. Masa kanak-kanak berkisar antara umur 0-12 tahun, masa remaja berkisar antara 13-25 tahun, dewasa 26-45 tahun, lansia 46-63 tahun.

1.      Nafsu ammaroh bissuk. Nafsu ini sifatnya suka memerintahkan kepada kejelekan, suka menerabas kemapanan dan menentang aturan. Biasanya terjadi pada kaum muda atau kaum remaja, sebagaimana nabiyullah Yusuf mengakuinya sebagaimana firman Allah dalam alqur’an

“Dan aku (yusuf) tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Yusuf : 53)

Nabi yusuf adalah Nabi yang putra Nabi Ya’kub. Ia terkenal sebagai nabi yang amat tampan dan dikasihi ayahnya. Akibatnya saudara-saudaranya iri dan berusaha membunuh Yusuf. Akibatnya ia dimasukkan ke dalam sumur, ditemukan pedagang dan dijual kepada pedagang mesir. Ia tinggal di rumah seorang pembesar mesir, dan disukai oleh nyonya rumahnya. Bahkan ia sampai diajab berbuat zina. Beruntunlah Yususf bisa mengendalikan nafsu remajanya. Pernyataannya sebagaimana dikemukakan dalam ayat di atas. Nabiyullah yusuf lebih suka dipenjara  daripada hidup bebas di luar penjara. Di luar penjara hedonism sedang merajalela sehingga godaan melaksanakan kemaksiatan sangat besar..

2.      Nafsu mulhimah/ nafsu yang mendapat petunjuk kebaikan, tapi kadang mendapat bisikan kejahatan. Ini biasanya terjadi pada para remaja dan pemuda awal yang sedang mencari jati diri. Qs. Asy Syams 7-10 menyatakan  Dan demi jiwa serta  penyempurnaannya (ciptaannya), 8. maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, 9. sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, 10. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

 

Jiwa yang gonjang-ganjing ini berlangsung di masa remaja, kisaran umur 13-25 tahun. Di umur-umur remaja ini pencarian jati diri sedang berlangsung. Seseorang bisa menjadi baik jika mendapat kawan yang baik dan menjadi jahat jika berkawan dengan orang-orang yang jahat. Para remaja dan pemuda, jika terlanjur berbuat maksiat segeralah bertobat, segeralah kembali kepada ajaran-ajaran Allah. Tinggalkan penyebab-penyebab dosa. Ingat setiap orang pasti mati, tidak perduli dia  itu bayi kah pemuda kah atau tua. Semoga kita mati dalam keadaan Islam, yakni tunduk, patuh dan menjalankan perintah Allah.

.

3.      An-Nafsu al-Lawwamah (Jiwa yang sangat menyesal). Jiwa menyesal karena saat didunia tidak menjalankan kebaikan. Sudah tahu kebenaran islam tapi enggan menjalankan islam, sudah islam tapi ibadahnya kurang maksimal. Qs. Al Qiyamah 2 menyebutkan kondisi ini.  “dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).” Ayat 3- 15 selanjutnya mendeskripsikan kondisi tatkala kiamat terjadi. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. Ia berkata: "Bilakah hari kiamat itu?" Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?" sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.

Menurut az-Zamakhsyariy, jiwa-jiwa manusia akan menyesali diri pada hari kiamat karena sedikitnya takwa mereka kepada Allah saat di dunia. Sementara itu, M. Quraish Shihab (2002, 9:167) menjelaskan semua orang akan menyesal pada hari kiamat karena tidak menggunakan seluruh kesempatan hidup di dunia untuk berbuat baik.

4.      Nafsul mutmainnah (Jiwa yang tenang)

Seiring berjalannya waktu, umur manusia juga bertambah. Manusia yang awalnya bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa, sudah masanya menjadi tua. Semoga dengan bertambahnya umur, bertambahnya uban di kepala, semakin ringkihnya badan semoga jiwanya semakin faham tentang hidup dan kehidupan. Harapan kita semua, kita bisa jiwa yang tenang. Jiwa yang paham bahwa segala hal didunia ini pastilah kembali kepada Allah. Jika bisa menyadari hal ini orang itu akan merasakan kedamaian dan ketenangan dan tibalah pada nafsul mutmainnah. An-Nafsu al-muthmainnah  adalah nafsu atau ruh yang tenang, tidak ada rasa takut dan khawatir atas kepastian janji Allah. Ialah ruh yang sampai pada tingkat kedamaian dan ketenangan. Ia senantiasa menerima atas kehendak Allah (radhiyah), dan iapun direstui kehadiarannya kembali kepada Allah (mardhiyyah). Ayat yang menceritakan hal ini sungguh indah Qs. Al Fajr 89 : 27-30 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.

      Kehidupan manusia di dunia akan berakhir dengan memasuki fase kehidupan berikutnya. Melalui kematian manusia masuk kea lam barzakh. Jiwa-jiwa yang tenang akan mendapat kebahagiaan sebagaimana janji Allah yang maha Penyayang.

(Kholiq Imron, S.S., Kordinator Dakwah Digital Majelis Tabligh  PDM Lamongan)

Arsip-arsip

Entri Populer