إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar-ra'd:11)

Rabu, 01 Januari 2014

TELAAH KITAB FADHOILUL A'MAL

Pendahuluan



Bismillah, hanya kepada Allah kita berserah diri dari segala dosa dan khilaf. Juga mohon maaf terhadap sesama muslim jika dalam tulisan ini ada hal yang kurang berkenan. Tulisan ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan salah satu kelompok umat Islam, akan tetapi semata-mata semangat amar makruf nahi munkar yang ada dalam diri saya, juga semangat untuk menularkan ilmu dan pengetahuan kepada sesama muslim.
Hanya dengan takdir Allah saya bisa menemukan naskah kitab Himpunan Fadhilah Amal. Aslinya, naskah yang ada di tangan saya ini adalah milik kakek saya, tergeletak di antara buku-buku yang lain. Sudah menjadi kebiasaan saya, manakala ada buku baru (belum pernah saya baca) semangat dalam diri saya untuk membuka-buka guna mengetahui isinyapun timbul.
Saya risau. Ternyata ada beberapa bagian dalam buku ini yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang saya pahami. Di lain pihak, perlahan namun pasti beberapa tetangga dan sanak kerabat mulai terpengaruh dengan isi buku ini. Maka sebagai bagian dari amar makruf nahi munkar saya menulis tulisan ini. 


            Kitab fadhoilul a’mal.
            Kitab Fadhoilul A’mal aslinya ditulis dalam Bahasa Urdu, salah satu bahasa yang banyak digunakan di wilayah Asia Selatan, terutama Pakistan dan India. Kitab ini ditulis oleh Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a, dan dijadikan pegangan oleh aktifis Jamaah Tabligh. Di Indonesia, kitab ini diterjemahkan oleh Ust. A. Abdurrahman Ahmad, dan diterbitkan oleh penerbit ash-Shaff Jogjakarta dengan judul Himpunan Fadhilah Amal. Kitab ini cukup tebal, terdiri dari 788 halaman ditambah dengan daftar isi dan halaman sampul, terdiri dari  tujuh buah bahasan pokok, yakni 1) kisah-kisah sahabat Rasul, 2) fadhilah Sholat, 3) fadhilah tabligh 4) fadhilah dzikir, 5) fadhilah qur’an 6) fadhilah ramadhan 7) Keruntuhan Umat Islam dan Cara mengatasinya.
            Bagi orang awam, isi kitab ini cukup bagus, karena berisi cuplikan-cuplikan Alqur’an, hadis-hadis nabi yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan sebuah amalan, dan kisah-kisah ahli sufi yang luar biasa. Namun, jika ditelaah lebih dalam, dikomparasikan (dibandingkan isinya) dengan alqur’an, hadis, ilmu sejarah, akal sehat ternyata terdapat banyak keganjilan-keganjilan yang selayaknya terhindar dari sebuah kitab pegangan agama. Bahkan bisa dikatakan kitab ini berbahaya bagi umat Islam, terutama bagi pembaca awam yang wawasan keislamannya belum memadai. Berikut ini keganjilan-keganjilan yang saya dapati.          

1.      Para ahlul kasyaf dapat merasakan dosa-dosa yang berguguran. Ada satu kisah yang masyhur mengenai Imamul A’dham r.a, yakni beliau dapat mengetahui dosa apakah yang telah diampuni dari tetesan air orang yang berwudhu, (halaman 264). Orang dapat melihat kotoran atau dosa yang dilakukan orang lain (halaman 558). Ketika Ahlulloh tesebut menegok ke kiri setan telah memasukan sungutnya ke dalam hatinya setan itu berbentuk seperti nyamuk yang sedang duduk, ia memiliki sungut yang panjang di mulutnya, bentuknya seperti jarum (halaman 425)
2.      Ada seorang sayyid yang dikisahkan telah solat selama 12 hari dgn satu wudhu, selama 15 tahun tidak berkesempatan untuk berbaring di tempat tidur (halaman 320). Imam Ahmad bin Hambal setiap hari solat sunnah 300 rakaat (halaman 323)
3.      Sebagian orang mengatakan bahwa berdzikir dengan suara keras merupakan bid’ah dan tidak diperbolehkan. Anggapan ini sebagai akibat dari pemahaman yang dangkal terhadap hadis (halaman 429)
4.      Barang siapa setelah mengerjakan solat subuh kemudian menyibukan dirinya dengan berdzikir hingga terbit matahari, kemudian mengerjakan sholat sunnah 2 rakaat, ia akan memperoleh pahala sebagaimana pahala haji dan umroh yang maqbul (halaman 437)
5.      Di dekat saya tinggal seorang pemuda yang terkenal sebagai ahli kasyaf. Dia juga kasyaf tentang surga dan neraka. Akan tetapi saya agak meragukan kebenarannya. Pada suatu ketika pemuda tersebut makan bersama kami tiba-tiba ia berkata, katanya: ibu saya masuk neraka dan saya telah menyaksikan keadaannya”. Karena saya melihat kegelisahan pemuda tersebut, saya berpikir untuk membacakan satu nishab bacaan saya untuk menyelamatkan ibunya, di samping juga untuk mengetahui kebenaran kekasyafannya. Maka saya membacanya sebanyak tujuh puluh ribu (70000) kali sebagai nishab yang saya baca untuk diri saya. Untuk saya hadiahkan kepada ibunya. Saya meyakini dalam hati bahwa ibunya pasti selamat. Tidak ada yang mendengar niat saya itu selain Allah swt. Setelah beberapa waktu,  pemuda tersebut berteriak, wahai paman ibu saya telah bebas dari api neraka (halaman 484)
6.      Apabila seseorang sedikitpun tidak memiliki amal sholeh, tetapi memiliki iman insyaallah suatu saat nanti ia akan dimasukkan surga (halaman 512). ibnu abbas meriwayatkan bahwa sawah juga bertasbih sehingga si petani memperoleh pahala dari bacaan tasbih tersebut. (halaman 557)
7.      Barang siapa membaca surat yasin maka akan mendapatkan pahala sepuluh kali membaca al-qur,an (halaman 652). Barangsiapa yang membaca surat yasin, maka ia akan diampunkan. Dan barang siapa yang membacanya pada waktu lapar, maka ia akan dihilangkan kelaparannya barang siapa yang membacanya karena tersesat di jalan, maka ia akan menemukan jalannya. Barang siapa yang membacanya karena kehilangan binatang, maka ia akan ditemukan binatangnya. Barang siapa yang membacanya karena takut kekurangan makanan, maka akan dicukupkan makanan baginya, dan jika dibacakan kepada orang yang akan mati maka akan dimudahkan matinya dan jika membacanya ke wanita yang sulit melahirkan maka wanita tersebut akan dimudahkan dalam melahirkan. (halaman 653).
8.      Hadis dhaif halaman 504, hadis ke 37 halaman 509, hadis ke 38 halaman 510.

Komentar
1.      Istilah kasyaf dikenal dalam bahasan yang berkaitan dengan kaum sufi. Dalam kamus Almunawwir, kasyaf sendiri bermakna membuka, menelanjangi, memperlihatkan. Dalam terminologi kaum sufi, kasyaf berarti tersingkapnya tabir gaib. Menurut kaum sufi, orang yang sudah mencapai derajat kasyaf mampu melihat hal-hal gaib, seperti melihat dosa-dosa yang luruh bersama air wudhu seperti dikemukakan dalam kitab fadhoilul a’mal tersebut, bisa melihat surga dan neraka, tahu orang yang masuk surga, tahu orang yang masuk neraka (keganjilan no 6). Paham dan keyakinan seperti ini bertentangan dengan al-Qur’an yang artinya. Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan (an-naml/27:65).
2.      Jika ini benar terjadi, mungkin orang yang mampu sholat selama 12 hari dengan satu wudhu tersebut bukanlah manusia. Yang namanya manusia pasti butuh makan, butuh minum, jika sudah makan dan minum dia pasti butuh mengeluarkan kotoran. Taruhlah selama 12 hari itu dia tidak makan dan minum, apakah bisa dijamin manusia mampu bertahan hidup selama itu. Juga manusia mampu bertahan tidak berbaring di tempat tidur selama 15 tahun. Apakah memang benar adanya. Nabi Muhammad saja masih berbaring, masih menggauli istri dan sebagainya. Juga kabar bahwa imam ibn Hambal mampu sholat 300 rokaat. Benarkah itu.
3.      Mungkin penulis buku ini lupa dengan ayat al-Qur’an yang artinya Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (al-A’rof/7:55). Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai (Al-A’rof 7:205). Kedua ayat ini dengan tegas menyatakan tata cara berdoa, yaitu dengan cara lemah lembut. Oleh sebab itu, berdoa dengan suara keras berarti bertentangan dengan al-Qur’an.
4.      Allah berfirman, yang artinya. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (al-insyirah/94:7). Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-qoshos 28: 77). Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (al-jumu’ah/ 62:10). Ayat-ayat ini memerintahkan kita senantiasa dinamis dalam beraktifitas, seimbang antara ibadah dan kerja.
5.      Kisah no 5 ini juga berkaitan dengan orang yang bisa melihat alam gaib, bisa melihat surga dan neraka. Namun dalam poin ini saya hanya ingin mengomentari, pertama  bacaan laa ilaaha illallah sebanyak 70.000. kali. Sepengetahuan saya membaca sebuabacaanbacaan sebanyak ini tidak pernah diajarkan oleh Rasul Muhammad. Lebih-lebih mengkhususkan agar mendapatkan derajat tertentu, derajat kasyaf umpamanya. Kedua, keyakinan bahwa pahala bisa dihadiahkan/dilimpahkan kepada orang lain adalah amat menyesatkan. Lihatlah dalam kisah ini, seseorang bisa selamat dari api neraka hanya dengan dibacakan laa ilaaha illallah 70.000. kali. Mudah sekali berarti. Berarti suatu saat orang-orang munafik yang kaya-kaya, yang sudah dicap di neraka paling bawah dapat dengan mudah masuk surga hanya dengan dibacai 70.000 kali bacaan laa ilaaha illallah. Padahal Allah sudah menegaskan. “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya)” (An-najm/53: 39&40)
6.      Ayat alqur’an senantiasa menyandingkan iman dan amal sholeh. Di mana ada ayat iman pasti diikuti dengan amal sholeh. Ini menunjukkan universalisme Islam. Seseorang yang beriman harus bermanfaat bagi orang lain, manfaat bagi orang lain hanya bisa dilaksanakan dengan amal sholeh. Para ulama sendiri mendefinisikan iman dengan tingkah laku meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan amal perbuatan. Jika seseorang benar-benar beriman, dan masih ada kesempatan, maka orang tersebut harus membuktikan keimanannya tersebut dengan amal sholeh. Jika tidak mau membuktikan, iman yang tanpa bukti tersebut sama dengan imannya Fira’un. Allah kemukakan kisah keimanan Firaun yang tertolak ini. “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)" (Yunus 10: 90). Ayat yang lain menegaskan. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). (An-najm/53: 39&40)
7.      Umat Islam harus segera sadar bahwa kemajuan Islam dapat diraih manakala umat Islam berhasil mengambil spirit dan intisasri ajaran al-qur’an, kemudian dipraktekkan dalam dunia nyata. Allah menurunkan al-qur’an tidak hanya surat yasin, akan tetapi seluruhnya lengkap, sebagai petunjuk bagi manusia. Nabi Muhammad sendiri mengajarkan al-qur’an secara lengkap. Pemahaman terhadap al-qur’an secara lengkap inilah yang menjadikan Islam jaya sepeninggal Rasulullah. Berkenaan dengan keutamaan-keutamaan sebagian surat al-Qur’an ini, Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya Al-jami’ li Ahkaami al-qur’an menegaskan bahwa riwayat-riwayat yang berkaitan dengan surat dan ayat tertentu kebanyakan batil, dan dusta. Sudah selayaknya umat islam memahami Alqur’an sebagaimana Rasulullah memahami. Umat Islam sekarang ini tertinggal karena hanya menjadikan alqur’an sebagai bacaan-bacaan tanpa mau memahai, merenungkan dan mengambil spirit dalam alqur’an. Bahkan banyak di antara umat islam itu yang hanya menjadikan alqur’an sebagai mantra-mantra untuk mencari barang yang hilang, memantrai orang sulit melahirkan, dan sebagainya. Padahal Al-qur’an bisa berperan jauh lebih dahsyat dari sekadar bacaan. Misalnya, surat Yasin/36:33. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Jika umat Islam mau berpikir dan merenung mereka akan mampu menjadi pakar-pakar biologi, pertanian, menguasai persediaan makanan dan sebagainya. Al-qur’an diturunkan sebagai petunjuka bagi manusia agar manusia mampu melaksanakan fungsi dan perannya, yakni sebagai hamba yang menyembah Allah dan perannya sebagai kholifah yang memakmurkan bumi dengan amal sholeh.
8.      Hadis dhoif. Jumhur ulama sepakat tidak boleh menggunakan hadis dhaif dalam urusan agama. Ini disebabkan hadis yang dikategorikan dhaif tersebut bukan perkataan, perbuatan, atau ketetapan Nabi Muhammad. Umat Islam jika mengetahui sebuah hadis dhoif harus menerangkan kedhaifannya supaya semua orang tahu bahwa hadis tersebut dhaif. Jika umat Islam tahu sebuah hadis dhaif tetapi ia diamkan, tidak ia terangkan kedhaifannya berarti ia telah bersekongkol berdusta atas nama nabi Muhammad. Terhadap orang yang berdusta atas namanya ini,  Nabi Muhammad mempersilahkan orang tersebut agar mengambil tempat duduk dari api neraka. Ini disebabkan hadis nabi adalah termasuk sendi agama. Dalam kitab Himpunan Fadhilah Amal ini hadis-hadis dhaif tersebut hanya diterangkan dengan bahasa Arab dengan ukuran huruf yang sangat kecil sehingga sulit dibaca. Selain itu, keterangan arabnya juga tidak diterjemahkan. Pembaca awam pasti tidak tahu mana hadis dhaif dan mana yang tidak.

Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, umat islam selayaknya kembali kepada Alqur’an secara utuh, menyeluruh tanpa membeda-bedakannya, melainkan berusaha mengambil hikmah di dalamnya. Selain itu, umat Islam harus kembali kepada hadis yang shoheh, kembali mengkaji  shirah Nabi, sejarah para sahabat dan mengaca kepada masa kejayaan Islam. Di masa itu islam jaya karena umat islam mempu mensejajarkan kehidupan dunia dan akhirat secara proporsional. Mereka bekerja mencari penghidupan ekonomi untuk perjuangnan Islam. Maka di antara mereka banyak juga hartawan-hartawan yang menyokong perjuangan Islam. Alqur’an benar-benar menjadi petunjuk, tidak hanya dalam urusan ibadah tetapi banyak juga aturan-aturan keduniaan disinggung di dalamnya.
Selain itu, umat islam juga harus kembali kepada jalan yang lurus, yaitu jalannya para nabi. Umat Islam harus bertekad menjauhi jalannya kaum yang dimurkai Allah, yakni kaum yahudi yang terlampau rakus terhadap dunia, juga  bertekad menjauhi jalaNnya orang yang sesat, yakni jalannya kaum nasrani yang senantiasa menambah-hambahi ajaran agamanya dengan hal-hal yang tidak pernah diajarkan nabinya. Misalnya menjalankan praktik kerahiban, atau aktifitas-aktifitas yang mirip dengannya.
Manusia diciptakan sebagai manusia, bukan sebagai malaikat, juga bukan sebagai binatang. Serajin apapun manusia beribadah, tidak akan bias mengalahkan malaikat. Manusia sejati ialah manusia yang mampu menyeimbangkan antara ibadah dan amal sholeh. Jika ini bisa dilakukan, manusia akan menjadi makhluk yang jauh lebih mulya daripada malaikat sekalipun. Ingatlah peristiwa hormatnya malaikat kepada Adam dalam surat albaqoroh itu, padahal malaikat sudah memprediksi tabiat jahat manusia. Wallahu a’lam bish-showab

Tidak ada komentar:

Arsip-arsip

Entri Populer