Pendahuluan
Bismillah, hanya kepada Allah kita berserah diri dari segala dosa
dan khilaf. Juga mohon maaf terhadap sesama muslim jika dalam tulisan ini ada
hal yang kurang berkenan. Tulisan ini bukan bermaksud menjelek-jelekkan salah
satu kelompok umat Islam, akan tetapi semata-mata semangat amar makruf nahi
munkar yang ada dalam diri saya, juga semangat untuk menularkan ilmu dan
pengetahuan kepada sesama muslim.
Hanya dengan takdir Allah saya bisa menemukan naskah kitab Himpunan
Fadhilah Amal. Aslinya, naskah yang ada di tangan saya ini adalah milik kakek
saya, tergeletak di antara buku-buku yang lain. Sudah menjadi kebiasaan saya, manakala
ada buku baru (belum pernah saya baca) semangat dalam diri saya untuk
membuka-buka guna mengetahui isinyapun timbul.
Saya risau. Ternyata ada beberapa bagian dalam buku ini yang bertentangan
dengan prinsip-prinsip Islam yang saya pahami. Di lain pihak, perlahan namun
pasti beberapa tetangga dan sanak kerabat mulai terpengaruh dengan isi buku ini.
Maka sebagai bagian dari amar makruf nahi munkar saya menulis tulisan ini.
Kitab
fadhoilul a’mal.
Kitab Fadhoilul A’mal aslinya ditulis dalam Bahasa Urdu, salah satu
bahasa yang banyak digunakan di wilayah Asia Selatan, terutama Pakistan dan India. Kitab ini ditulis oleh
Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a, dan dijadikan pegangan oleh
aktifis Jamaah Tabligh. Di Indonesia, kitab ini diterjemahkan oleh Ust. A.
Abdurrahman Ahmad, dan diterbitkan oleh penerbit ash-Shaff Jogjakarta dengan judul Himpunan Fadhilah Amal. Kitab ini cukup tebal, terdiri dari 788
halaman ditambah dengan daftar isi dan halaman sampul, terdiri dari tujuh buah bahasan pokok, yakni 1)
kisah-kisah sahabat Rasul, 2) fadhilah Sholat, 3) fadhilah tabligh 4) fadhilah
dzikir, 5) fadhilah qur’an 6) fadhilah ramadhan 7) Keruntuhan Umat Islam dan
Cara mengatasinya.
Bagi orang awam, isi kitab ini cukup
bagus, karena berisi cuplikan-cuplikan Alqur’an, hadis-hadis nabi yang
berkaitan dengan keutamaan-keutamaan sebuah amalan, dan kisah-kisah ahli sufi
yang luar biasa. Namun, jika ditelaah lebih dalam, dikomparasikan (dibandingkan
isinya) dengan alqur’an, hadis, ilmu sejarah, akal sehat ternyata terdapat banyak
keganjilan-keganjilan yang selayaknya terhindar dari sebuah kitab pegangan agama.
Bahkan bisa dikatakan kitab ini berbahaya bagi umat Islam, terutama bagi
pembaca awam yang wawasan keislamannya belum memadai. Berikut ini
keganjilan-keganjilan yang saya dapati.
1.
Para ahlul kasyaf dapat
merasakan dosa-dosa yang berguguran. Ada
satu kisah yang masyhur mengenai Imamul A’dham r.a, yakni beliau dapat mengetahui
dosa apakah yang telah diampuni dari tetesan air orang yang berwudhu, (halaman
264). Orang dapat melihat kotoran atau dosa yang dilakukan orang lain (halaman 558).
Ketika Ahlulloh tesebut menegok ke kiri setan telah memasukan sungutnya ke
dalam hatinya setan itu berbentuk seperti nyamuk yang sedang duduk, ia memiliki
sungut yang panjang di mulutnya, bentuknya seperti jarum (halaman 425)
2.
Ada
seorang sayyid yang dikisahkan telah solat selama 12 hari dgn satu wudhu,
selama 15 tahun tidak berkesempatan untuk berbaring di tempat tidur (halaman 320).
Imam Ahmad bin Hambal setiap hari solat sunnah 300 rakaat (halaman 323)
3.
Sebagian
orang mengatakan bahwa berdzikir dengan suara keras merupakan bid’ah dan tidak
diperbolehkan. Anggapan ini sebagai akibat dari pemahaman yang dangkal terhadap
hadis (halaman 429)
4.
Barang
siapa setelah mengerjakan solat subuh kemudian menyibukan dirinya dengan
berdzikir hingga terbit matahari, kemudian mengerjakan sholat sunnah 2 rakaat,
ia akan memperoleh pahala sebagaimana pahala haji dan umroh yang maqbul (halaman
437)
5.
Di dekat
saya tinggal seorang pemuda yang terkenal sebagai ahli kasyaf. Dia juga kasyaf
tentang surga dan neraka. Akan tetapi saya agak meragukan kebenarannya. Pada suatu
ketika pemuda tersebut makan bersama kami tiba-tiba ia berkata, katanya: ibu
saya masuk neraka dan saya telah menyaksikan keadaannya”. Karena saya melihat
kegelisahan pemuda tersebut, saya berpikir untuk membacakan satu nishab bacaan
saya untuk menyelamatkan ibunya, di samping juga untuk mengetahui kebenaran
kekasyafannya. Maka saya membacanya sebanyak tujuh puluh ribu (70000) kali
sebagai nishab yang saya baca untuk diri saya. Untuk saya hadiahkan kepada
ibunya. Saya meyakini dalam hati bahwa ibunya pasti selamat. Tidak ada yang
mendengar niat saya itu selain Allah swt. Setelah beberapa waktu, pemuda tersebut berteriak, wahai paman ibu
saya telah bebas dari api neraka (halaman 484)
6.
Apabila
seseorang sedikitpun tidak memiliki amal sholeh, tetapi memiliki iman insyaallah
suatu saat nanti ia akan dimasukkan surga (halaman 512). ibnu abbas
meriwayatkan bahwa sawah juga bertasbih sehingga si petani memperoleh pahala
dari bacaan tasbih tersebut. (halaman 557)
7.
Barang
siapa membaca surat
yasin maka akan mendapatkan pahala sepuluh kali membaca al-qur,an (halaman 652).
Barangsiapa yang membaca surat
yasin, maka ia akan diampunkan. Dan barang siapa yang membacanya pada waktu
lapar, maka ia akan dihilangkan kelaparannya barang siapa yang membacanya karena
tersesat di jalan, maka ia akan menemukan jalannya. Barang siapa yang
membacanya karena kehilangan binatang, maka ia akan ditemukan binatangnya.
Barang siapa yang membacanya karena takut kekurangan makanan, maka akan
dicukupkan makanan baginya, dan jika dibacakan kepada orang yang akan mati maka
akan dimudahkan matinya dan jika membacanya ke wanita yang sulit melahirkan
maka wanita tersebut akan dimudahkan dalam melahirkan. (halaman 653).
8.
Hadis dhaif
halaman 504, hadis ke 37 halaman 509, hadis ke 38 halaman 510.
Komentar
1.
Istilah
kasyaf dikenal dalam bahasan yang berkaitan dengan kaum sufi. Dalam kamus Almunawwir, kasyaf sendiri bermakna
membuka, menelanjangi, memperlihatkan. Dalam terminologi kaum sufi, kasyaf berarti
tersingkapnya tabir gaib. Menurut kaum sufi, orang yang sudah mencapai derajat
kasyaf mampu melihat hal-hal gaib, seperti melihat dosa-dosa yang luruh bersama
air wudhu seperti dikemukakan dalam kitab fadhoilul
a’mal tersebut, bisa melihat surga dan neraka, tahu orang yang masuk surga,
tahu orang yang masuk neraka (keganjilan no 6). Paham dan keyakinan seperti ini
bertentangan dengan al-Qur’an yang
artinya. Katakanlah: "tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan
dibangkitkan (an-naml/27:65).
2.
Jika ini
benar terjadi, mungkin orang yang mampu sholat selama 12 hari dengan satu wudhu
tersebut bukanlah manusia. Yang namanya manusia pasti butuh makan, butuh minum,
jika sudah makan dan minum dia pasti butuh mengeluarkan kotoran. Taruhlah
selama 12 hari itu dia tidak makan dan minum, apakah bisa dijamin manusia mampu
bertahan hidup selama itu. Juga manusia mampu bertahan tidak berbaring di
tempat tidur selama 15 tahun. Apakah memang benar adanya. Nabi Muhammad saja
masih berbaring, masih menggauli istri dan sebagainya. Juga kabar bahwa imam
ibn Hambal mampu sholat 300 rokaat. Benarkah itu.
3.
Mungkin
penulis buku ini lupa dengan ayat al-Qur’an yang artinya “Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (al-A’rof/7:55). Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu
dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai
(Al-A’rof 7:205). Kedua ayat ini dengan tegas menyatakan tata cara berdoa,
yaitu dengan cara lemah lembut. Oleh sebab itu, berdoa dengan suara keras
berarti bertentangan dengan al-Qur’an.
4.
Allah
berfirman, yang artinya. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain (al-insyirah/94:7). Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-qoshos 28: 77). Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah
banyak-banyak supaya kamu beruntung. (al-jumu’ah/ 62:10). Ayat-ayat ini
memerintahkan kita senantiasa dinamis dalam beraktifitas, seimbang antara
ibadah dan kerja.
5.
Kisah no 5
ini juga berkaitan dengan orang yang bisa melihat alam gaib, bisa melihat surga
dan neraka. Namun dalam poin ini saya hanya ingin mengomentari, pertama
bacaan laa ilaaha illallah
sebanyak 70.000. kali. Sepengetahuan saya membaca sebuabacaanbacaan sebanyak
ini tidak pernah diajarkan oleh Rasul Muhammad. Lebih-lebih mengkhususkan agar
mendapatkan derajat tertentu, derajat kasyaf umpamanya. Kedua, keyakinan bahwa pahala bisa dihadiahkan/dilimpahkan kepada
orang lain adalah amat menyesatkan. Lihatlah dalam kisah ini, seseorang bisa
selamat dari api neraka hanya dengan dibacakan laa ilaaha illallah 70.000. kali. Mudah sekali berarti. Berarti
suatu saat orang-orang munafik yang kaya-kaya, yang sudah dicap di neraka
paling bawah dapat dengan mudah masuk surga hanya dengan dibacai 70.000 kali
bacaan laa ilaaha illallah. Padahal
Allah sudah menegaskan. “dan bahwasanya
seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan
bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya)” (An-najm/53:
39&40)
6.
Ayat
alqur’an senantiasa menyandingkan iman dan amal sholeh. Di mana ada ayat iman
pasti diikuti dengan amal sholeh. Ini menunjukkan universalisme Islam. Seseorang
yang beriman harus bermanfaat bagi orang lain, manfaat bagi orang lain hanya
bisa dilaksanakan dengan amal sholeh. Para
ulama sendiri mendefinisikan iman dengan tingkah laku meyakini dengan hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan amal perbuatan. Jika seseorang
benar-benar beriman, dan masih ada kesempatan, maka orang tersebut harus
membuktikan keimanannya tersebut dengan amal sholeh. Jika tidak mau
membuktikan, iman yang tanpa bukti tersebut sama dengan imannya Fira’un. Allah
kemukakan kisah keimanan Firaun yang tertolak ini. “Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti
oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak Menganiaya dan menindas
(mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Israil, dan saya Termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)" (Yunus 10: 90). Ayat yang lain menegaskan. Dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak
akan diperlihat (kepadanya). (An-najm/53: 39&40)
7.
Umat Islam
harus segera sadar bahwa kemajuan Islam dapat diraih manakala umat Islam
berhasil mengambil spirit dan intisasri ajaran al-qur’an, kemudian dipraktekkan
dalam dunia nyata. Allah menurunkan al-qur’an tidak hanya surat yasin, akan tetapi seluruhnya lengkap,
sebagai petunjuk bagi manusia. Nabi Muhammad sendiri mengajarkan al-qur’an
secara lengkap. Pemahaman terhadap al-qur’an secara lengkap inilah yang
menjadikan Islam jaya sepeninggal Rasulullah. Berkenaan dengan
keutamaan-keutamaan sebagian surat al-Qur’an
ini, Imam Qurtubi dalam kitab tafsirnya Al-jami’
li Ahkaami al-qur’an menegaskan bahwa riwayat-riwayat yang berkaitan dengan
surat dan ayat
tertentu kebanyakan batil, dan dusta. Sudah selayaknya umat islam memahami
Alqur’an sebagaimana Rasulullah memahami. Umat Islam sekarang ini tertinggal
karena hanya menjadikan alqur’an sebagai bacaan-bacaan tanpa mau memahai,
merenungkan dan mengambil spirit dalam alqur’an. Bahkan banyak di antara umat
islam itu yang hanya menjadikan alqur’an sebagai mantra-mantra untuk mencari
barang yang hilang, memantrai orang sulit melahirkan, dan sebagainya. Padahal
Al-qur’an bisa berperan jauh lebih dahsyat dari sekadar bacaan. Misalnya, surat Yasin/36:33. dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar)
bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan
dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan. Jika umat Islam
mau berpikir dan merenung mereka akan mampu menjadi pakar-pakar biologi,
pertanian, menguasai persediaan makanan dan sebagainya. Al-qur’an diturunkan sebagai
petunjuka bagi manusia agar manusia mampu melaksanakan fungsi dan perannya,
yakni sebagai hamba yang menyembah Allah dan perannya sebagai kholifah yang
memakmurkan bumi dengan amal sholeh.
8.
Hadis
dhoif. Jumhur ulama sepakat tidak boleh menggunakan hadis dhaif dalam urusan
agama. Ini disebabkan hadis yang dikategorikan dhaif tersebut bukan perkataan,
perbuatan, atau ketetapan Nabi Muhammad. Umat Islam jika mengetahui sebuah
hadis dhoif harus menerangkan kedhaifannya supaya semua orang tahu bahwa hadis
tersebut dhaif. Jika umat Islam tahu sebuah hadis dhaif tetapi ia diamkan,
tidak ia terangkan kedhaifannya berarti ia telah bersekongkol berdusta atas
nama nabi Muhammad. Terhadap orang yang berdusta atas namanya ini, Nabi Muhammad mempersilahkan orang tersebut
agar mengambil tempat duduk dari api neraka. Ini disebabkan hadis nabi adalah
termasuk sendi agama. Dalam kitab Himpunan
Fadhilah Amal ini hadis-hadis dhaif tersebut hanya diterangkan dengan
bahasa Arab dengan ukuran huruf yang sangat kecil sehingga sulit dibaca. Selain
itu, keterangan arabnya juga tidak diterjemahkan. Pembaca awam pasti tidak tahu
mana hadis dhaif dan mana yang tidak.
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, umat islam selayaknya kembali kepada
Alqur’an secara utuh, menyeluruh tanpa membeda-bedakannya, melainkan berusaha
mengambil hikmah di dalamnya. Selain itu, umat Islam harus kembali kepada hadis
yang shoheh, kembali mengkaji shirah
Nabi, sejarah para sahabat dan mengaca kepada masa kejayaan Islam. Di masa itu
islam jaya karena umat islam mempu mensejajarkan kehidupan dunia dan akhirat
secara proporsional. Mereka bekerja mencari penghidupan ekonomi untuk
perjuangnan Islam. Maka di antara mereka banyak juga hartawan-hartawan yang
menyokong perjuangan Islam. Alqur’an benar-benar menjadi petunjuk, tidak hanya
dalam urusan ibadah tetapi banyak juga aturan-aturan keduniaan disinggung di
dalamnya.
Selain itu, umat islam juga harus kembali kepada jalan yang lurus,
yaitu jalannya para nabi. Umat Islam harus bertekad menjauhi jalannya kaum yang
dimurkai Allah, yakni kaum yahudi yang terlampau rakus terhadap dunia,
juga bertekad menjauhi jalaNnya orang
yang sesat, yakni jalannya kaum nasrani yang senantiasa menambah-hambahi ajaran
agamanya dengan hal-hal yang tidak pernah diajarkan nabinya. Misalnya
menjalankan praktik kerahiban, atau aktifitas-aktifitas yang mirip dengannya.
Manusia diciptakan sebagai manusia, bukan
sebagai malaikat, juga bukan sebagai binatang. Serajin apapun manusia
beribadah, tidak akan bias mengalahkan malaikat. Manusia sejati ialah manusia
yang mampu menyeimbangkan antara ibadah dan amal sholeh. Jika ini bisa
dilakukan, manusia akan menjadi makhluk yang jauh lebih mulya daripada malaikat
sekalipun. Ingatlah peristiwa hormatnya malaikat kepada Adam dalam surat albaqoroh itu,
padahal malaikat sudah memprediksi tabiat jahat manusia. Wallahu a’lam
bish-showab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar